Senin, 05 Oktober 2020

Riak semalam

"kalau udah ketauan salah, kalau udah ngerasain sedih. ngerti kan gimana rasanya?"

"besok lain kali jangan jatuh terlalu dalam ya."

"hargain perasaan orang lain."

dinding yang selama ini selalu jadi saksi cerita kita. pada tiap malam yang selalu ia dengar suara dibalik telepon genggam. diam-diam mulai berubah seperti ingin ikut andil menghujatiku dan tawa-tawa dalam kepala sudah semakin kuat menertawai kebodohanku, akan ketidakberdayaan ku karena berhasil mengingatmu. 

ga boleh benci sama diri sendiri.

ga boleh.
ga boleh.
ga boleh.

aku juga tidak tega pada diriku sendiri.

Sejujurnya masih boleh gak sih buat ngomongin hal yang udah diluar kendali kayak gini? 

Boleh gak sih ngeluh sekali lagi? atau aku harus menyerah saja?

Jujur, sakit, sedih dan kecewa, gak bakal nyangka karena waktunya terasa begitu tiba-tiba.

Terlanjur susah untuk mengontrol hati yang tiba-tiba terasa perih. 
Padahal luka yang dulu juga belum sepenuhnya mengering. 
Ku kira singgahmu adalah bantuan yang dikirimkan semesta. 
Menjadi penawar disaat hari-hariku terasa menyiksa.

Rupanya tidak.

Nyatanya yang kau cari juga sama, kau mencari seseorang yang 
bisa ikut memulihkanmu. tapi, bukan aku orangnya ya?

Maaf ya.

banyak sekali pikiran yang muncul didalam kepala ini berkeliaran kesana kemari. bertanya-tanya, 
"apakah masih ada terlintas perasaan sekiranya sedikit?"

kenapa terlalu cepat ?

kenapa mudah nyerah? 

kenapa gamau nungguin? 

kenapa ga berjuang sekali lagi?

bahkan mengakhir cerita yang belum dimulai,

oh apa mungkin karena sebelumnya kita bukanlah apa-apa, 
maka tak ada alasan untukmu pergi dan menganggap semuanya sudah berlalu.

padahal seingatnya beberapa minggu lalu aku masih jadi yang pertama kau cari. apa aku salah? kemarin seingatnya di hari itu ada celetukan yang keluar dari mulutmu, 

"udah lama nih ga dengarin suara kamu."

"kenapa? mau ajakin telfon?"

"boleh?"

"yuk."

kita larut dalam obrolan panjang sampai mata tak sanggup untuk terjaga lebih lama. 
hanya sedikit pesan yang mampu terucap dalam obrolan kita. momen yang akan ditunggu sepanjang malam ini, tapi mustahil untuk kejadian. ya karena udah gak ada artinya, udah gak ada gunanya. 

hingga suatu hari tiba-tiba kamu menemukan tempat yang kamu cari selama ini. disitulah aku sadar, ragamu sudah menemukan tempatnya tanpa bisa ku duga.

semakin membaca satu-per-satu lagi pesannya, emosi dalam diri semakin bergemuruh. bukan menyalahkan keadaan tapi menyalahkan diri sendiri. kenapa selalu terlambat menyadarkan perasaan sendiri, kenapa selalu membantah isi hati. 

"bagaimana rasanya? mengabaikan orang lain, puas?"

"bagaimana melihat orang lain sudah menemukan bahagianya?"

"bisa menerima segala kenyataan yang gak lagi menuruti segala pintamu?"

suara dari hati yang tak bisa ku patahkan. tak bisa lagi ku kendalikan. karena ku tau semua itu benar. 

malam ini terlalu banyak pertanyaan kenapa yang jawabannya masih menggantung.
menggantung karena belum sempat untuk disampaikan. atau kemarin terlalu sibuk menerka-nerka.
terlalu banyak perasaan yang mungkin ga mudah untuk dimengerti oleh orang lain.

terlalu mudah air mata jatuh hanya dengan membaca lagi pesan-pesan yang kian mengikis kenangan. kenangan yang terlalu sedikit, yang tak bisa selalu membuat harimu cerah. ternyata kita gak mampu untuk membuat cerita yang lebih layak untuk dikenang. iya, bukan kita. aku tidak menyalahkanmu.

ini salahnya waktu yang tak mengizinkan kita untuk mengukir kisah lebih lama.

dan sampai air yang tadi menggenang dalam kelopak mata ini kemudian perlahan menyurut reda. 

aku tersenyum getir. aku tahu, suatu saat aku juga akan temukan bahagia yang sama. 
seperti yang kamu rasakan sekarang.

aku sadar, justru patah ini yang membuat aku semakin dikuatkan. aku tak pernah menyesal kita pernah bertemu meski dalam waktu yang singkat. walau pada akhirnya lelahmu menjadi penyebab kita berjarak. aku harus tetap mensyukurinya. sebab perpisahan ini bukan hanya untuk menjadi penyesalan panjang kan? dan selain itu karena berpisah bukan akhir dari segalanya. 

mungkin saat ini segala perasaan telah sampai pada titik resahnya. tapi bukan untuk dibahas kembali berlarut-larut. biarkan dia mengalir sampai tenggelam dengan sendirinya. nanti juga cepat atau lambat seseorang akan membuatnya berhenti. aku tak akan memaksanya untuk mati saat ini juga lalu menguburnya. karena sejujurnya kamu pasti mengerti, melepaskan bukan hal yang mudah. 

ternyata bahagiamu bukan denganku, ternyata bukan aku seorang yang dalam hidupmu, ternyata antusiasku bukan yang selalu kamu mau. kali ini aku menjadi kamu yang kemarin terus menunggu gusar kabar. benar-benar sudah tak ada gunanya lagi untuk mengungkit beberapa hal yang cukup pelik sekalipun.

disela malam sebelum tidur, aku mengenangmu.

kalimat yang tak terucap ini ku tulis bukan untuk berusaha merenggutmu lagi. aku juga tak mau menganggu kebahagiaanmu yang menjadi langkah baru itu. aku hanya membiarkan tulisan ini untuk mewakili hal-hal yang tak bisa ku suarakan.

aku hanya ingin sedikit meredakan seluruh riuh yang berkecamuk. beberapa hal yang tak bisa lagi ku suarakan padamu. biar seluruh raga ini bisa lega sudah mengeluarkan sesal yang paling berisik. agar sesak ini pun tak hanya ku simpan sendirian.

Maaf, satu kata sunyi yang tengah terngiang dalam kepala, satu kata sederhana tapi cukup menyesakkan karena tak sempat ku sampaikan pada yang terakhir kalinya.

aku tahu sudah tak perlu lagi. tapi biar tetap ku bagikan dalam tulisan ini agar ia bisa sampai pada tempatnya, semoga jika kamu membacanya.

aku yakin jika memang perpisahan adalah takdir, bukan tidak mungkin pertemuan kedua setelah ini juga menjadi takdir berikutnya untuk kita. tidak pasti, namun juga berarti tidak ada tak mungkin bukan?

kita tak pernah tahu rangkaian cerita apa yang semesta sedang siapkan untuk kita masing-masing di masa depan. seperti juga katamu yang akan teringat entah sampai kapan, "when the time is come we will find to be together."

sejauh dan serumit apapun nanti ujungnya, semoga berujung pada hal baik.
tidak hanya untukku, tapi juga untukmu.

dipaksa selesai.