Kamis, 16 Juli 2015

untuk seseorang yang telah jauh

halo yang disana
apa kabar?
tidak ingatkah kau dulu bahwa kita pernah sedekat nadi? pernah dekat seujung kuku?
tapi kini sekarang kita sudah tak seperti itu, kita bagaikan matahari dan tanah, puncak merapi dan jurang alam, lautan dan tebingnya.
ada, ada sesuatu yang membuat kita menjadi berjauhan
ada sesuatu yang membuat kita berjarak seperti tak pernah kenal,
dan itu oleh sebab ku
oleh kelalaianku
oleh keegoisanku

hai yang disana 
apa kau tidak tahu?
bahwa aku disini masih dengan hati dan pikiranku yang berisikan tentang kau.
aku tau kau tidak ingin aku untuk masuk dan mengusik lagi, aku tau kau tak ingin aku tuk berharap banyak, aku tau kau tak ingin aku peduli dan terus mengingat kenangan yang kau bilang pahit dan kau katakan seharusnya lenyap. 

kau mungkin disana sudah duduk tersenyum dan tak ada sedikitpun rasa yang membuat hati mu gundah, kau mungkin telah berhenti menjadi pria yang dulu tegar dan sabar, kau kini sudah tidak tersakiti lagi, sudah bebas, sudah tidak terikat siapa-siapa lagi tetapi tidak dengan aku, aku kini menjadi sesosok orang yang penuh tanda tanya, kosong, penuh harapan, secercah ingatan yang tak pernah mau keluar dari pikiran, dan sekarang menjadi tidak tahu kenapa begitu banyak orang yang menemani, mengisi hari hariku, menepis sepi tetapi pikiran ku berpaling lagi pada kau

hai kau yang disana
kita sekarang seperti orang yang tidak pernah kenal.
kita seperti jauh dan sangat sangat jauh, kau tahu itu kan?
tak ada satupun kata yang mampu ku ungkapkan untuk menunjukkan betapa jauhnya kita sekarang. 
kenapa? kenapa waktu bisa membuat semuanya berubah secepat itu?
kenapa waktu telah mengambil harapan yang kini aku nanti nanti kan.
kenapa waktu telah membuat pergi seseorang dengan menyisakan tangisan dan penyesalan.
kenapa waktu tidak menahan? kenapa waktu tak dapat mencegah?
seharusnya aku dapat menghentikan waktu yang berjalan, tapi aku tak sehebat itu.
dan kenapa malah waktu membuat seseorang tersadar ketika itu semua telah berlalu, ketika itu semua sudah menjadi kenangan, ketika itu semua bersatu menjadi kata "ter-lambat"

andaikan dulu aku masih mengambil kesempatan itu, andai aku tidak menjadi wanita yang punya pikiran untuk mengakhiri hubungan, andai aku tak bersikeras pada egoku, andai aku tak pernah mengucap kata itu. mungkin kita tetap bersama, bergenggaman tangan, menjalin ikatan dan berusaha sama sama untuk mempertahankannya, tapi semua itu percuma untuk di ucapkan, percuma ditulis menjadi rangkaian kata, percuma diramu menjadi sebuah cerita, karena hati yang sudah terhempaskan pecah tidak akan kembali sempurna, karena jiwa yang kokoh sekali dihancurkan takkan mudah disusun kembali, karena seseorang yang sabar sekali dikecewakan takkan pernah hilang, karena seseorang sekali dikhianati penghianatan itu akan diingat dan takkan mudah dilupakan.

tapi untuk itu semua aku takkan menyalahkan waktu.
aku takkan menyalahkan keadaan. karena seharusnya aku berterimakasih pada waktu
karena waktu membuat aku sadar begitu banyak pelajaran yang dia beri.
dia telah mengajarkan ku untuk memperbaiki diri.
dia telah mengajarkan ku untuk kalah kan ego tinggi ku.
dia telah mengajarkan ku untuk lebih menghargai perjuangan.
dia telah mengajarkan ku arti sebuah kesetiaan.

untuk yang selalu terasa jauh.
maaf,
maaf karna ku pernah membuat mu marah.
maaf karna ku telah siasiakan kamu.
maaf terlebih aku minta maaf untuk semua kesalahanku.
dan aku katakan kini,
maaf karna ku masih saja menyimpan rasa.
biar saja kau tidak memandang ku sedikitpun,
biar saja jika kau masih membenciku,
biar saja kau lebih memilih acuhkan aku,
namun satu yang harus kau tau hati ini masih setia menunggu, masih menyimpan rasa yang begitu
besar, masih terisi dengan nama dan kenangan. biar lah hanya aku dan semua angan ini dan waktu yang akan menentukan sampai kapan perasaan ini mampu bertahan, tetap dengan nama dan kenangan tentang Kamu.

Tidak ada komentar:

dipaksa selesai.