"kalau udah ketauan salah, kalau udah ngerasain sedih. ngerti kan gimana rasanya?"
"besok lain kali jangan jatuh terlalu dalam ya."
"hargain perasaan orang lain."
"kalau udah ketauan salah, kalau udah ngerasain sedih. ngerti kan gimana rasanya?"
"besok lain kali jangan jatuh terlalu dalam ya."
"hargain perasaan orang lain."
Menikah muda sebenarnya termasuk impian Dia. Cita-cita Dia ingin menikah diwaktu muda agar memiliki anak yang nanti rentang umurnya tidak jauh berbeda dan bisa dianggap seperti kawan. Bisa diajakin jalan layaknya kakak adik. Bisa bertukar baju karena badan pasti gak jauh berbeda. Serta yang paling serunya lagi bisa berbagi cerita bersama.
Dia bilang sejujurnya targetnya menikah adalah di umur 22 tahun. Aku juga sempat kaget. Karena aku juga punya harapan nikah muda. Biasalah terjadi sewaktu zaman-zaman masih sekolah membahas apa yang sedang heboh, semisalnya melihat kehidupan artis yang menikah muda sedang berbahagia jadinya ikut-ikutan. Tapi targetku menikah adalah disaat aku sudah lulus kuliah. Di umur 24 atau 25 tahun, yang penting fokus utamaku adalah bekerja mencari penghasilan untuk membiayai kebutuhan-kebutuhanku sendiri. Tapi itu semua balik lagi kepada kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Kalau memang nantinya tidak sampai target, tidak masalah itu artinya aku harus banyak belajar lagi sebelum tiba waktunya menikah. Aku tidak terlalu mempersulit dan memusingkan takdir. Persoalan tentang jodoh, karir dan lainnya biarlah menjadi rencana Tuhan. Hanya waktu yang akan menjawabnya.
Ternyata takdir justru berkehendak lain. Di umur 23 tahun Dia belum menemukan pendamping hidupnya. Dia sudah memutuskan berpisah dengan Dell. Keputusan itu adalah keputusan milik mereka. Mungkin itu semua karena alasan Tuhan untuk mendidik Dia sebelum ia menikah. Dia perlu banyak waktu untuk mempersiapkan diri.
Dia bilang padaku awalnya sebelum bertemu dengan Dell ada juga yang berniat serius padanya. Bahkan Dia sampai sedikit memaksa calonnya agar menikah tahun itu juga. Astaga Dia, aku tertawa. Apakah Dia kebelet nikah?
Alasan lain keinginan Dia untuk menikah muda adalah agar mengurangi beban orangtuanya. Karena setelah menikah Dia bukan tanggung jawab orangtuanya lagi melainkan menjadi tanggung jawab suaminya.
Benar sih. Tapi kayaknya menikah bukan perkara itu saja. Ada banyak hal lagi yang perlu dipahami tentang pernikahan. Pernikahan bukan seperti pacaran yang bisa berpisah kalau hal hal yang dirasa tidak sejalan lalu menimbulkan pertengkaran. Menikah butuh tanggung jawab yang besar.
Dibalik itu semua Dia gapapa kok, sejak bersama Dell ia jadi lebih tegar menerima apa yang tidak sesuai dengan keinginannya. Dell banyak mengajarkan hal-hal berharga dihidup Dia.
“Mungkin aku gak jodoh sama yang kemarin bukan tanpa alasan. Mungkin Allah nyadarin aku kalau umurku saat ini masih muda. Masih banyak mimpi yang belum tuntas aku raih.”
“Semenjak ketemu Dell, dalam pikiran aku hanya ada cita-cita. Itu yang berusaha aku raih sekarang. Sumpah ini yaa gak bohong pengaruhnya besar. Meskipun gak semuanya yang aku lakukan bareng Dell positif, ada hal negatif tapi itu juga nambah pelajaran buat aku. Contohnya kalau lagi kelahi ini ya, pasti aku bisa ikutin sabar nurunin emosi. Dell baik banget gak pernah kasar. Jadi kalau ngelihat mukanya aku marahin malah jadi kasian.”
Ada chat dari Dell yang Dia masih simpan sampai sekarang. Dia tipikal cewek yang jarang sekali menyimpan kenangan. Dari pasangannya sebelum Dell, Dia tidak pernah menyimpan memori pesan. Karena bagi Dia, kenangan adalah cerita yang harus dihapus bukan untuk dilihat kembali sewaktu kita sedih. Kenangan adalah bagian dari masa lalu yang harus dikubur kalau perlu dihilangkan.
Entah kenapa dengan Dell berbanding 90 derajat. Dia masih menyimpan beberapa percakapannya dengan Dell. Begini isi pesan dari Dell saat hubungan mereka sedang dirundung masalah.
“Gapapa kalau kamu mau pergi. Kalau ditanya keinginanku, aku masih sayang dan masih ingin lanjut, tapi kalau kamu gak tahan ya gapapa. Aku gak mau memaksa hak kamu. Kalau kamu masih mau bertahan, terimakasih. Tapi kalau kamu sudah gak kuat lagi maaf, aku yang salah.”
Dia menatapku setelah memperlihatkan isi pesan yang dikirimkan oleh Dell. Pesan itu sudah berminggu-minggu yang lalu. Masih disimpannya.
“Kamu belum bisa move on?”
Dia hanya senyum, aku mengartikan senyum itu sebagai jawaban iya.
“Gak ada yang perlu disesali dari masa lalu. Aku tahu Dell lebih berhak bahagia, mungkin bukan dengan aku.”
“Jadi kamu udah gak berharap suatu saat dipersatukan kembali?”
“Jodoh gak ada yang tahu. Aku gak bakal nutup hati kalau nanti dia datang lagi, atau malah aku yang mencarinya. Karena sejauh apapun, aku yakin kalau memang jodoh pasti bertemu.”
Lagi pula jarak antara Dia dan Dell cukup jauh, dan tidak lagi di satu circle yang sama. Itu yang membuat perlahan-lahan Dia bisa melupakan Dell.
Jalan satu-satunya berdamai dengan masa lalu adalah mengikhlaskan. Menerima takdir yang tidak sesuai harapan. Percaya apa yang kita lakukan sudah baik apalagi saat mengerahkan waktu untuk berusaha. Kita hanya bisa berencana, Allah yang menentukan akhirnya. Setiap jalan walau penuh kerikil sekalipun pasti memiliki makna didalamnya. Makna yang harus kita syukuri karena itu sudah ketetapan-Nya.
Bulan maret terakhir aku telfon Dia menanyakan bagaimana kabarnya hari ini, apakah sudah jauh membaik atau masih sama seperti biasanya? Dia menjawab dengan sangat antusias.
“Yaampun an. Jauh lebih baik lah dari yang dulu. Aku sudah menemukan penggantinya, dan kami juga udah bicarain nikah. Kali ini sepertinya Tuhan ngasih jalan yang tepat, dengan orang yang tepat. Bismillah. Aku selalu doa tiap malam istiqarah. Bukan meminta antara dua pilihan. Tapi lebih meyakinkan yang terbaik untuk diriku kalau ini adalah orang yang terakhir. Tidak ada lagi orang yang kesekian, kalau ada aku harus belajar lagi melepasnya. Tapi insyaAllah semakin dikuatkan tiap harinya semakin lancar kayak jarang banget ada masalah.”
“Alhamdulillah kalau begitu, aku ikut senang. Semoga terus dilancarkan sampai hari H. Jangan lupakan undanganku.”
“Pasti, nanti aku undang sama sodara-sodaramu sekalian.” aku hanya tertawa, aku tahu Dia sedang bercanda.
“Eh kamu bagaimana kabarnya?” tanyanya kemudian.
**
Gapapa, belum ketemu jodohnya sekarang. Bersabarlah ‘semua akan indah pada waktunya.’ Kata-kata yang sering diucapkan oleh banyak orang. Namun gak semua tahu bagaimana cara mencapai momen yang indah itu. Dalam menemukan jodohnya kita disuruh sabar. Tapi sabar bukan berarti hanya sekedar menanti dengan berdiam diri. Sabar itu juga menuntut kita untuk intropeksi jikalau mungkin usaha yang kita lakukan belum maksimal. Rasa sabar itu nantinya yang akan menuntun hati kita untuk bertemu dengan hati dia yang Tuhan restui.
Mungkin saat ini bukan waktu yang tepat dan kita perlu menyesuaikan diri lagi. Selepas banyak orang yang pernah kita tuju. Tuhan ingin lihat seberapa besar kekuatan kita setelah melepaskan apa yang selama ini kita genggam.
Mungkin kita merasa
penat, capek, lelah mencari yang pasti. Dan banyak juga dari kita yang sudah
ditimpa oleh rasa sakit, hancur dan kecewa lalu harus bangun kepercayaan untuk
orang baru lagi. Dihadapkan pada pertemuan dan perpisahan silih berganti.
Dengan begitu jadi timbul prasangka dalam pikiran, “Sebenarnya apa yang salah? Apa semua orang yang datang tidak bisa menerima kekurangan?”
Padahal kita belum tahu, mungkin yang datang pada kita adalah orang yang tepat. Tapi kita mengelaknya, mengatakan bahwa kita tidak menyukai dia. Dan kita cepat sekali ber-putus asa karena sering kali tidak sesuai harapan. Sering kali orang yang selalu ada tetapi bukan orang yang kita harapkan. Makanya lebih baik sama sekali gak memasang ekspektasi kalau gak mau jalan akhirnya kecewa. Kalau tetap berkeras mau berharap yaudah terima resikonya kalau akhir jalan ceritanya gak sesuai.
Kita kecewa, karena mikir udah klop dengan dia, karena dia adalah orang yang benar-benar mengerti. Kita gak sadar bahwa setiap orang bisa berubah. Karena setiap kali yang terlihat indah itu belum tentu indah. “Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu.” (QS. Al-Baqarah : 216)
Selamanya kita tidak tahu maksud dari rencana Tuhan mempertemukan kita dengan orang-orang itu. Namun percayalah tujuannya tidak pernah salah. Terkadang kita dipatahkan hatinya agar diselamatkan dari orang yang salah. Sebelum kita memikirkan hidup mereka yang lebih baik karena sudah bertemu jodohnya. Sering kali kita pun berharap, kapan kita bisa seperti mereka. Kita jadi cemas, takut dan terburu-buru.
Mungkin mereka yang sudah menemukan jodohnya itu memang sudah layak dan bertemu waktunya. Ibarat kapal yang sedang berlabuh. Siapa yang kapalnya sudah penuh, dia akan berlayar lebih dulu.
Dan setiap kita sudah ada waktunya masing-masing. Tinggal nunggu giliran. Percayalah, sekarang ataupun nanti jodoh pasti bertemu.
“Aku janji bakalan terus-terus sama kamu. Aku menunggu kamu disini. Jangan kemana-mana, aku gak mau kamu pergi dengan yang lain.”
“Ingat janji kamu. Kalau ada yang datang, aku gak akan segan untuk pergi. Karena aku gak mau maksain hubungan ada orang ketiga didalamnya.”
Selalu saja kalimat itu yang kamu layangkan untuk membuatku yakin. Kamu pikir mencintai semudah itu? Kamu pikir cara mempertahankan hubungan dengan cara seperti itu?
Sebenarnya yang dibutuhkan perempuan itu bukan janji. Tapi pembuktian. Kalau hanya mengatakan seratus kali janji dengan alasan yang dibuat sendiri, semua orang juga bisa. Kamu tidak perlu bermewah-mewah untuk menginjakkan kaki dirumahku. Kamu tidak perlu menyewa orang untuk mengatakan hal yang serius dihadapan kedua orang tuaku. Kamu juga tidak perlu menguras habis dompet untuk membelikan barang-barang favorit. Karena semua perempuan tidak membutuhkan itu.
Jika alasan kepergianmu adalah karena ragu dan tidak percaya diri, aku minta maaf. Memang semestinya begitu, setiap pertemuan hanya diciptakan agar dua orang saling menikmati kebersamaan walaupun hanya sebentar. Dan beberapa perasaan cuma jadi persinggahan yang sementara. Tapi tak mengapa, bukankah segala sesuatunya harus dinikmati walaupun itu kedengarannya menyedihkan. Ya walaupun orang-orang dipertemukan cuma satu bulan, satu minggu atau bahkan satu hari, tetap harus dinikmatikan?
Ada waktu dimana kita lagi makan dan ngobrol berdua. Tiba-tiba kamu membahas pembicaraan ke arah serius. Semacam deep talk, tapi rasa-rasanya ini konyol. Dibawah langit malam yang gelap, ditemani sedikit suara motor kamu mengatakan hal ini dengan tegas,
“Satu lagi, kalau sampai nantinya kita gak jadi satu. Kalau sampai kamu menikah dengan orang lain. Aku orang pertama yang bakalan ngucapin selamat bahagia sekaligus orang pertama yang ngucapin selamat tinggal. Karena aku bakal pergi dari hidup kamu selama-lamanya.”
“Aku bakal hapus semua tentang kamu, tidak ada komunikasi, tidak ada tatap muka. Semuanya akan hilang. Aku tidak main-main dengan kata-kataku barusan.”
Ternyata sebelum aku menemukan orang lain, sebelum aku menemukan pendamping hidup seperti katamu. Kamu sudah lebih dulu pergi. Tak ada kata-kata selamat tinggal yang baik-baik saja. Mungkin itu alasannya orang-orang pergi tanpa pamit. Tapi Dell, kalau janjimu itu tidak kau tepati. Bagaimana bisa kedepannya aku mempercayai kata-katamu lagi?
Atau mungkin memang seharusnya aku tidak mempercayai apa-apa. Karena sepertinya kamu tidak memunculkan niat untuk kembali.
Sesekali aku mengingat cerita kita dibelakang, bukan karena aku berusaha mengungkit lagi apa yang sudah berlalu. Terkadang cerita kita hanya membuat tawa saja. Kadang aku bisa memaksakan untuk tersenyum dikala pundak terasa penat. Dikala hari-hariku terasa melelahkan karena beberapa tugas yang belum terselesaikan.
Sekarang waktunya kita belajar, belajar dan belajar lagi. Memperbaiki apa yang masih bisa diperbaiki. Selagi kita masih hidup dibumi ini, selagi kita masih tinggal dirumah sendiri. Mulai lah dari meluangkan waktu untuk menyayangi diri sendiri. Menata hati yang kosong itu sebelum diisi dengan seseorang yang nanti akan memenuhinya kembali. Entah dengan orang yang pernah masuk, atau dengan orang yang berbeda.
Dan terus terang saja Dell, mungkin suatu hari kita akan dipertemukan lagi. Mungkin. Karena tidak ada didunia ini yang mustahil selagi semesta punya pemilik-Nya. Kalaupun benar waktu itu tiba jangan sampai hal-hal yang tidak diinginkan terulang lagi. Karena kesempatan kedua tidak akan pernah sama lagi.
Beginilah adanya Dell. Walaupun tidak bersama selamanya, walaupun kita gagal sekarang, walaupun kita tidak disatukan, setidaknya kita pernah dipertemukan. Ingatlah, Kota Jogja jadi saksi bisu kita pernah saling merindu dan membantu untuk bersatu.
#SUARADIA #PART2
Note: Gambar ilustrasi dari pinterest.